KESEDIHANMU ADALAH TANDA KETERTIPUANMU
Ibn Atha’illah berkata: “Sedih karena kehilangan kesempatan berbuat ketaatan (baik) yang tidak disertai upaya untuk bangkit mengerjakannya merupakan salah satu tanda ketertipuan.” Kalimat Hikmah ke-77 yang sangat dalam dari Ibn Atha’illah di dalam bukunya Terjemah al-Hikam, hal. 110.
Kesedihan, kekecewaan, dan kekesalan adalah sederetan sifat-sifat buruk
yang bersifat fitri yang melekat dalam diri manusia. Sifat-sifat ini sudah
dibawa sejak lahir. Semua manusia memilikinya dan tidak satu pun manusia yang tidak
memiliki sifat-sifat itu. Dalam perjalanan hidupmu, boleh jadi dan bahkan pasti
Anda pernah merasakan dan mengalaminya. Anda sedih, Anda kecewa, dan Anda
kesal. Kesedihan, kekecewaan, dan kekesalan itu muncul karena ada harapan atau
keinginan yang tercapai yang tidak sesuai dengan harapan dan keinginanmu.
Tidak hanya sifat-sifat itu yang dianugerahkan Allah kepadamu sebagai
sifat fitrahmu. Allah juga memberikan sederetan sifat-sifat yang berlawanan
dengan itu, yaitu sifat senang, bahagia, dan keceriaan. Semua manusia
dianugerahi oleh Allah sifat-sifat ini. Tidak satu pun manusia yang tidak
memiliki sifat-sifat itu. Saya yakin, Anda pernah mengalaminya. Sifat-sifat itu
muncul dalam diri Anda, karena harapan dan keinginan Anda tercapai sesuai
dengan harapan dan keinginan Anda. Ketika itu, hati Anda serasa berbunga-bunga
dan dunia seluruhnya bagaikan berada dalam genggaman Anda.
Anda tidak boleh sedih, tidak boleh kecewa, dan tidak boleh kesal. Anda
harus senang, harus bahagia, dan harus ceria menerima keadaan yang Anda alami.
Karena yang mengatur dan menentukan urusanmu bukanlah Anda, tetapi ada Yang
Maha Mengatur. Anda boleh gagal dalam suatu harapan dan cita-citamu, tetapi
Anda harus bangkit dari kegagalanmu untuk meraih yang lebih baik. Manfaatkanlah
berbagai kesempatan untuk meraih kesuksesanmu. Kalau pun engkau sedih, kecewa,
dan kesal dengan kegagalanmu, maka jalan yang harus lakukan di tengah kesedihan
adalah bangkit untuk mengerjakannya dengan cara yang lebih baik.
Tidak ada kegagalan kalau tidak ada usaha. Tidak ada kesuksesan kalau
tidak ada usaha. Karena engkau berani berusaha, maka engkau pun harus berani
dan siap menerima kegagalan. Karena engkau berani berusaha, maka engkau harus
berani dan siap menerima kesuksesan. Orang yang tidak punya usaha, tidak akan
pernah gagal dan tidak pernah pula sukses. Kesedihan dalam kegagalan tanpa ada
upaya meningkatkan diri dalam amalmu adalah sebuah ketertipuan. Kesedihan dalam
kegagalan dengan upaya untuk bangkit mengerjakan dengan cara yang lebih baik
adalah sebuah kejujuran.
Anda tidak boleh sedih karena kesempatan untuk bangkit terlewatkan
dengan sebuah pekerjaan yang satu. Sebab kesempatan yang terlewat itu tidak
mungkin dapat ditarik kembali. Sedih
yang baik adalah sedih yang mencari dan mendorong saudara untuk mencari
kesempatan baru, untuk mengerjakan sesuatu yang baru, untuk melakukan ketaatan
dan kebaikan. Ingat, sedih yang tidak disertai kebangkitan untuk berbuat adalah
sebuah ketertipuan dan sedih dengan kebangkitan untuk berbuat adalah sebuah kejujuran.
Dikutip dan diuraikan oleh Ahmad Thib Raya, dari Buku Terjemah
al-Hikam, oleh Ibn Atha’illah al-Iskandary, Jakarta-Matraman, Minggu sore, 14
Juni 2020
Comments
Post a Comment